Kali ini kami berlebaran di Jakarta saja, mengingat orang tua saya sedang diundang kakak yang tinggal di Jerman bersama keluarganya. Anak-anak sudah sejak semalam menginap di rumah "uci dan atok" alias rumah mertua saya di Depok.
Setiap tahun, anak-anak kami memang lebih suka ber-hari pertama dan kedua-Lebaran di sana, karena setelah sholat Ied, mereka akan keliling di seputar perumnas tempat tinggal uci dan atok, bersama anak-anak lainnya. Bukan sekedar karena di sana lebih rame (dibandingkan dengan suasana di rumah ortu saya yang lokasinya di pinggir jalan besar dan jarang ada anak-anak kecil), tapi juga karena ada tradisi seperti "Trick or Treat"-nya Halloween! Anak-anak yang berkunjung dan bersalaman ke tetangga-tetangga akan mendapat....ANGPAO ! Selain itu keluarga suami yang dikunjungi maupun yang berkunjung ke rumah mertua pun tak lupun turut "menyawer" anak-anak.
Yang sibuk ngitung "hasil buruan" hari pertama :D
Tradisi memberi angpao kepada anak-anak kecil saat Lebaran ini tidak pernah saya alami waktu kecil. Di keluarga saya tidak ada kebiasaan seperti itu. Saya dan kakak-kakak sudah cukup hepi ketika diajak "pulang kampung" ke Magelang saat eyang saya masih ada, wiskul selama perjalanan, lalu berkunjung ke rumah para kerabat sambil mencicipi kue-kue dan hidangan khas lebaran, seperti kaastengel, nastar, pastel isi abon (hanya ada dan nikmat saat kami berlebaran di Magelang!), opor ayam, ketupat, sambel goreng ati dan capcay.
Sejak menikah dengan suami yang beda suku, barulah terasa indahnya perbedaan.. ^_^
Ayah mertua orang Pontianak, ibu mertua orang Padang. Lebaran dipersatukan dengan ketupat, opor ayam, sayur labu dan rendang. Meskipun menunya sekilas mirip.. tetap ada ketupat dan opor, tapi yang namanya "rendang" sebelum saya menikah, tidak pernah ada dalam susunan menu Lebaran. Selain bukan tradisi Jawa, bikinnya juga susah dan lama... hehee.. :p
Ada yang unik ketika kami berlebaran di Pontianak tahun 2006. Di sana, setiap kali berkunjung ke rumah kerabat, ada kue yang selalu dihidangkan : LAPIS LEGIT ! Mulanya nikmat sekali mencicipi kue nan manis dan legit itu, sesuai namanya.. Tapi saat harus berkunjung ke 10 rumah dalam sehari dan memakan kue yang sama (meskipun tampilannya beda-beda, ada yang garis-garis, ada yang kotak-kotak, ada juga yang digulung), dari enak lama-lama jadi enek juga... x-p
Tradisi lain khas Lebaran adalah mengunjungi sanak saudara, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat (maksudnya nyekar alias mengunjungi makam). Biasanya pada hari pertama, kami berkunjung ke rumah-rumah Om dan Tante dari suami. Hari kedua kami stand by di rumah mertua, menyambut kunjungan keluarga adik-adik mertua ke sana.
Saat menyusuri jalanan menuju rumah-rumah kerabat di hari pertama Idul Fitri, terasa benar kepadatan ibukota.. Walaupun sudah ditinggal mudik sekitar 6 juta penduduknya, jalanan tetaap saja macheett bin fadat.. Apalagi Lebaran tahun ini semua umat merayakan di hari yang sama, makam-makam pun jadi penuh pengunjung, seperti pasar. Mungkin kalau para arwah bisa berkomunikasi, mereka pun senang sekali dengan ramainya kunjungan para kerabatnya.
wefie sambil nunggu macet
Ada juga yang memaknai "Lebaran" sebagai sesuatu yang bertambah lebar. Secara positif diartikan sebagai pintu maaf yang terbuka lebar dari Sang Pencipta dan sesama. Di sisi lain, ada juga yang bertambah lebar, terutama jika nafsu makan tidak bisa dikontrol akibat terpancing variasi hidangan bersantan, berminyak, berlemak, rendah serat, tinggi karbo dan kolesterol.. hehhh... jadilah BADAN yang LEBARAN... hahaa....
Apapun maknanya, Lebaran memang hari paling istimewa se-Indonesia, sekali lagi, versi saya :D. Karena hanya pada hari itu libur nasional yang paling dirasakan dampaknya, baik oleh umat muslim yang merayakan, maupun yang tidak merayakan. Yang tidak merayakan bisa ikut berlibur, atau "melarikan diri" dari rumah yang ditinggal asistennya, menginap di hotel atau di luar kota.
Selamat Merayakan Lebaran dan menikmati Liburan.. tapi jangan sampai badan ikutan Lebaran yaa.. ^__^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar